Minggu, 08 Agustus 2010

Kecelakaan Speed Boat di Manipa


Pagi itu sekitar pukul 08:00 Bagian Barat Waktu Indonesia (BBWI) tangal 7 Agustus 2010, kami di Jakarta menerima khabar duka dari keluarga kami di Ambon dan Manipa, bahwa telah terjadi kecelakaan tenggelamnya speed boat yang di antara penumpangnya sebagian besar adalah keluarga kami di Manipa. Kronologis tenggelamnya speed boat tersebut secara pasti belum kami dapat sampai saat ini.

Cuaca di Indonesia yang sukar ditebak akhir-akhir ini memang menjadi penyebab utama sulitnya memprediksi keadaan laut. Cuaca yang cerah saat berangkat, bisa secara tiba-tiba berubah menjadi hujan angin hingga menimbulkan gelombang besar.

Lebih dari 10 tahun yang lalu (1999)saat saya masih tinggal di Pulau Manipa, transportasi yang ada hanya perahu motor kayu, motor tempel (katinting/jhonson) tanpa peralatan keselamatan yang memadai, bahkan bisa dibilang tidak ada.
Saat itu saya harus sering menyeberang lautan untuk kepentingan pendidikan anak-anak di pulau tersebut. Untuk mencapai pulau Ambon atau pulau Buru, saya hanya menggunakan perahu motor kecil, atau terkadang menggunakan perahu layar yang di lengkapi dengan mesin tempel (katinting).

Sepuluh tahun berlalu saat daerah tersebut kini sudah menjadi kecamatan, sepertinya transportasi masih sama seperti dulu.

Nampaknya pemerintah daerah belum sadar bahwa daerah Maluku adalah daerah kepulauan, dan masalah transportasi laut haruslah menjadi perhatian utama. Sudah seharusnya transportasi antar pulau di kepulauan Maluku dibenahi.

Pemerintah daerah seharusnya mengalokasikan anggaran pendapatan daerah mereka untuk pengadaan alat transportasi, dan serahkan pengelolaannya kepada pemerintah daerah setempat, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup di daerah yang bersangkutan.
Atau minimal sosialisasikan penggunaan Alat Pelindung Diri (APR) dan dalam hal ini berupa Rompi Pelampung untuk setiap penumpang.

Mengenai peringatan yang disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, BMKG setempat, saya rasa tidak sampai ke masyarakat dan pengelola karena memang di Pulau Manipa komunikasi sangat sulit.

"Ini terjadi karena pengelola dan pengguna tidak mau mematuhi peringatan dari BMKG," kata Asisten Tata Pemerintahan Setda Kabupaten Seram Bagian Barat, Ronal Siloy seperti dikutip dari Antara.

Ini juga teguran bagi pemerintah daerah untuk mengadakan alat telekomunikasi yang pantas untuk sebuah kecamatan. Ajaklah operator Telkomsel, Indosat atau apapun untuk membuat pemancar di daerah tersebut. SSB (Single Side band) harus disediakan untuk pemerintah daerah setempat. Bentuk Syah Bandar untuk daerah tersebut.
Dan pemerintah daerah jangan hanya menyalahkan serta hanya pintar berandai-andai. Kejadian ini sudah terjadi, sekarang hanya mencari cara bagaimana agar kejadian ini tidak terulang lagi dimasa mendatang.


Untuk korban tenggelam, kami do'akan semoga arwah mereka diterima disisi Allah SWT. Kepada keluarga yang ditinggalkan saya ucapkan belasungkawa yang sebesar-besarnya, dan semoga diberikan ketabahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar